Rabu, 27 Februari 2013

“Bonus Asprak TEP” Pantas Atau Belumkah?




Oleh: Arian Hadi (Mahasiswa TEP 2009)

A
Sprak begitulah panggilan akrab yang tak asing dikalangan telinga mahasiswa. Asprak yang merupakan kependekan dari asisten praktikum ini bisa dikatakan ajang pengembangan diri bagi sebagian mahasiswa yang merasa mampu untuk mengaplikasikan ilmunya dalam lingkungan kampus mereka sendiri. Banyak hal yang kita dapatkan ketika dipercaya dan mampu menjalankan tugas mulia yang disebut asprak. Menjadi seorang asprak, mahasiswa dituntut untuk memiliki keahlian dan pemahaman yang lebih terhadap suatu mata kuliah tertentu, tentu hal ini akan menjadikan mahasiswa tersebut lebih giat untuk belajar demi tugas yang mulia itu. Seorang asprak juga wajib memiliki tingkat kemapuan komunikasi diatas rata-rata, hal ini dikarenakan agar asprak tersebut dapat menyampaikan materi praktikum sebaik-baiknya kepada praktikan. Apabiala kemampuan komunikasi asprak tersebut kurang baik bukan tidak mungkin akan menyebabkan praktikum yang masih bibgung akan menjadi lebih linglung. Ketika menjadi asprak mahasiswa juga akan dituntut untuk memenejemen waktu, bukan hanya waktu asprak itu sendiri tetapi juga waktu bagi praktikan. Leadership, profesionalisme, dan team work juga sangat dibutuhkan dalam profesi yang sebagian mahasiswa sebagai profesi sambilan ini.
            Menjadi seorang asprak bisa menjadi salah satu pilihan mahasiswa sebagai ajang pengembangan diri, tentunya hal itu tergantung dari tujuan mahasiswa yang bersangkutan, dan tak dapat kita bayangkan jika tak satupun mahasiswa yang berminat lagi menjadi seorang asprak. Namun terlepas dari semua itu, nampaknya profesi penunjang mahasiswa ini semakin kurang mendapat perhatian baik dari mahasiswa bahkan dari pihak kampus. Bagaimana tidak, seorang asprak yang telah mendedikasikan waktu, tenaga dan fikiranya tersebut hanya mendapat bonus sekitar Rp.20.000,- per acara/hari dan itu pun juga masih tergantung dari dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan. Ya…20 ribu rupiah cukup untuk makan seorang mahasiswa kosan dalam waktu dua hari dengan menu sekali makan seharga 3 ribu 3 ratus 3 rupiah, dan bisa kita bayangkan sendiri menu apa yang dapat terbeli. Menengok dari UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten Banyumas tahun 2013 sebesar Rp. 877.500,- (Sumber: www.fspmip.org) dengan kata lain UMR per hari sebesar Rp. 29.250,-  tentu hal itu jelas berbeda dengan bonus yang diterima asprak yang cukup untuk makan “dua hari” tadi. Mari kita berfikir apabila hal tersebut kita kaitkan dengan harapan kita sebagai insan terpelajar dimana ilmu pengatahuan bisa lebih dihargai meskipun dihargai dalam hal ini tidak sekedar dalam bentuk materi…..Sekian.