Senin, 01 April 2013

ENGINEER OR DESIGNER? TO BE BOTH.



Dahulu, sebelum menjadi mahasiswa Teknik Pertanian mungkin banyak dari teman-teman mengira kalau Teknik Pertanian itu adalah program studi yang mengajarkan tentang bagaimana cara membudidayakan, mengembangbiakan, dan merekayasa tanaman sehingga dapat tumbuh dengan baik. Ups, sayangnya itu semua salah dan beruntungnya kita memang sepemikiran kawan. Ya itulah yang saya kira diawal sebelum terjerembak menjadi mahasiswa Teknik Pertanian (TEP) UNSOED.
Ya walaupun agak terpaksa, tetapi inilah sebuah takdir yang digariskan pada telapak tangan kita, tangan seorang engineer, and for to be an engineer. Seiring waktu berlalu di sini dan untuk menyesali garis tangan itu mungkin tindakan terbodoh seorang engineer. So, syukuri dan nikmati prosesnya saja kawan. Dan ternyata setelah melapangkan dada dan membuka mata lebar-lebar, di Teknik Pertanian kita mendapatkan banyak hal yang dapat diterapkan dalam kehidupan kelak. Secara garis besar di TEP, kita dapat mengenal dan mempelajari tentang ilmu prapanen, pascapanen, energi dan pemanfaatnnya, dan mungkin ada yang berhubungan dengan keekonomian. Semuanya itu didukung dengan dosen bergelar doktor yang ahli dalam bidangnya masing-masing.
Seorang engineer ataupun insinyur harus mampu design? (Silahkan dijawab dengan tidak memberitahukan kemampuan Anda pada teman Anda). Keduanya mempunyai keterikatan hubungan yang sangat kuat. Ibarat sebuah timbangan, keduanya harus mempunyai massa yang sama, volume yang sama, dimensi yang sama, tidak boleh timpang disalah satu sisinya. Dijelaskan lebih lanjut oleh seorang dosen TEP yang bergelar doktor juga, bahwa disaat skripsi nanti kalian (mahasiswa TEP) akan memilih salah satu diantara 2 tema skripsi, yaitu analisis ataupun desain. Sehingga begitu pentingnya desain di dalam jiwa seorang engineer, bukan?. Ya pasti.
Menurut Yohanes Siagan, desain merupakan suatu sistem yang berlaku untuk segala jenis perancangan dimana titik beratnya adalah melihat segala sesuatu persoalan tidak secara terpisah atau tersendiri. Sementara engineering adalah suatu ilmu keteknikan yang dipraktekkan kedalam kehidupan untuk mempermudah dalam melakukan sesuatu (www.engineeringtown.com). Sehingga apabila dikorelasikan menjadi sebuah ilmu merekayasa dan memberikan pembaruan pada suatu teknologi sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan dengan tidak mengesampingkan aspek-aspek yang menyertainya.
Secara sederhana, design adalah seni merancang dan engineering adalah ilmu merekayasa. Sehingga apabila disatukan menjadi suatu rancangan yang telah direkayasa (inovasi) sehingga  menghasilkan suatu yang baru, yang lebih baik, yang lebih bermanfaat apabila diterapkan dalam mempermudah kerja manusia. Jadi, di dalam engineering terdapat seni desain dan di dalam design terdapat ilmu keteknikan. Ya semua orang boleh berbeda pendapat tentang hal ini.
Jika kita yakini, to be engineer is design and to be designer is engineering, tentunya tidak dipermasalahkan disaat kita harus membuat sebuah alat sederhana seperti kunci pas atau ring. Terkadang kita sendiri lalai apa yang seharusnya menjadi milik kita, namun kita tak mampu untuk memahaminya, sehingga akhirnya kita hanya bisa menjadi bagian kecil dari sejarah besar yang akan tercipta nanti. Ya, sebelum semuanya terlambat, yuk pahami dan dalami ilmu AutoCAD kita, kawan.
AutoCAD dalam bidang keteknikan pertanian banyak manfaatnya, selain sebagai modal awal kita dalam penyusunan skripsi kita nanti, kita juga dapat merancang bangunan pertanian seperti bendungan, saluran irigasi, drainase dan sebagainya; merancang alat/mesin pertanian seperti alat penanan biji, alat perontok gabah, alat pencetak briket, dan masih banyak lagi. Konon katanya sebuah gambar bisa dihargai ratusan ribu atau bahkan jutaan loh! J So, kalau bilang belajar AutoCAD nggak ada manfaat itu salah besar, kawan.
Di dalam penguasaaan dan pengaplikasian software AutoCAD untuk bidang ketenikan pertanian, mungkin diantara kita hanya segelintir teman kita saja yang bisa menguasai software tersebut. Saat ditanya kok kamu jago AutoCAD-nya? Dengan senyum dijawab rajinlah berlatih menggunakan software tersebut. Ya benar, untuk bisa maka harus terbiasa, biasakanlah berlatih agar bisa. Tiada yang sulit asalkan mau mencoba, dan banyak yang sulit kalau hanya bisa bicara saja, kawan.
Terlebih lagi, wadah teman-teman TEP dalam memahami lebih dalam lagi tentang software-software desain, AutoCAD, CorelDRAW, mapun yang lainnya itu sebenarnya sudah ada dan teman-teman tinggal datang ke pertemuannya saja. Ya betul, Community Aided Design of Agricultural Engineering (CAD) yang baru berumur 1 tahun pada tanggal 18 Maret kemarin. Selamat ulang tahun CAD dan selalu berikan kreativitas terbaikmu untuk HIMAGREEN dan TEP UNSOED.
Terakhir, seorang engineer harus mampu mempunyai jiwa mengubah, memberikan pembaruan, dan bermanfaat untuk sesamanya. Dan begitupun seorang designer.  Sekian dan terimakasih.
“Engineer is must have  sense of engineering, sense of creating, and sense of naturaling” (Ir. Agus Margiwiyatno, M.S., Ph.D.).


Akhmad Zaenudin
(Insinyur Pertanian)

Jumat, 08 Maret 2013

Hasil Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanakan PKM

Saat ini UNSOED menerima 93 proposal yang sudah di danai oleh DIKTI. Pada tahun 2012 hanya 57 proposal, tahun 2011 65 proposal, dan pada tahun 2010 UNSOED berada pada peringkat ke-20 penerima pendanaan terbanyak PKM dari DIKTI se-Indonesia, sehingga sekarang diprediksi naik hingga peringkat ke-15, dikatakan oleh Pembantu Rektor III UNSOED dalam pembukaannya.
Dikatakan juga oleh PR III, untuk mencapai PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) ada beberapa hal yang harus dicapai diantaranya penyusunan proposal (40%), kekompakkan tim (15%), artikel, dan lain sebagainya. Untuk MONEV (Pemantauan dan Evaluasi) yang akan dilaksanakan pada minggu ke-3/4 bulan Mei 2013 oleh DIKTI diharapkan seluruh peserta harus menyiapkan segala halnya termasuk capaian luaran (20%), kekompakkan dalam pembagian kerja (15%), intensitas konsultasi dengan pembimbing, dan lain sebagainya*.
Teknis MONEV akan dilakukan presentasi selama 10 menit dan diskusi 10 menit. Jadi untuk setiap kelompok mendapatkan waktu selama 20 menit. Sebelum MONEV dilakukan setiap kelompok wajib memenuhi beberapa syarat yang harus disusun, yaitu:
1. Unggah file Laporan Kemajuan Pekerjaan ke SIM-LITABMAS (1 minggu sebelum MONEV Dikti dilaksanakan) dapat dilihat di handbook.
2. CD berisi bahan presentasi.
3. Logbook yang memuat Indikator Keberhasilan Jangka Pendek (IKJP).
4. Bukti pengeluaran dana berupa kwitansi yang sudah dibukukan.
5. Foto-foto kegiatan pelaksanaan.
6. Produk yang dihasilkan.
Selama MONEV Dikti tersebut maka akan dinilai berbagai macam item kegiatan dan setiap proposal memiliki bobot penilaian yang sama. Target luaran (10%), metode (10%), ketercapaian target luaran (20%), kesuksesan pelaksanaan (10%), kekompakkan tim pelaksana (10%), peranan pembimbing (15%), dan potensi khusus seperti paten & komersil (25%). Jadi pada saat presentasi saat MONEV Dikti diusahakan bobot yang bernilai besar itulah yang harus ada dan disampaikan dengan baik sehingga peluang untuk PIMNAS terbuka lebar.
Syarat menuju PIMNAS dihitung dengan rumus Nlpp (Nilai calon peserta PIMNAS) yang merupakan akumulasi dari 40% nilai proposal usulan dan 60% dari nilai MONEV Dikti. Penetapannya dilakukan melalui ranking berdasar atas Nlpp dan katogori Perguruan Tinggi (Handbook P&EPP, 2013).
Kriteria penilaian PIMNAS berdasarkan nilai laporan akhir (30%) dan nilai presentasi di kelas PIMNAS (70%) menjadi hasil kinerja kelompok dan merupakan nilai akhir penentu 3 kelompok terbaik di kelas. Sedangkan gabungan kedua nilai dengan nilai poster dan gelar produk akan menentukan posisi 3 ranking terbaik PIMNAS.
Setiap kelompok yang lolos PIMNAS diwajibkan membuat artikel yang kemudian diunggah ke SIM-LITABMAS secara online, paling lambat 1 minggu sebelum tanggal pelaksanaan PIMNAS. Dan bagi yang tidak lolos PIMNAS pun dianjurkan untuk membuat artikel ini sebagai publikasi ilmiah pada jurnal-jurnal ilmiah kartena ini menjadi nilai plus sebagai mahasiswa yang pernah membuat mengikuti PKM Dikti walaupun hanya sebagai peserta (Ketua Koordinasi PKM UNSOED).
Dijelaskan lebih lanjut mengenai pencairan dana dari DIKTI sudah berada di tangan UNSOED, dan mengenai pencairannya akan dilakukan dengan 2 tahap yaitu 80% sebelum MONEV (setelah penyerahan laporan akhir) dan 20% setelah MONEV dilaksanakan. Dua tahapan ini diambil untuk menghindari sanksi dari Dikti jikalau peserta memanfaatkan dana tersebut tidak sesuai dengan proposal yang telah diajukan ke Dikti. Mengenai MONEV dijelaskan lebih lanjut UNSOED sendiri akan mengadakan MONEV intern yang pelaksanaannya 20 hari sebelum MONEV dari Dikti hal ini dilakukan untuk mempersiapkan diri agar lebih matang lagi saat MONEV Dikti.
Fakultas Pertanian UNSOED menerima peringkat ketiga terbanyak yang proposalnya didanai oleh Dikti (www.UNSOED.ac.id). Dan suatu kebanggan tersendiri program studi menempatkan 7 proposalnya yang lolos PKM Dikti 2013. Suatu kebanggan memang tidak harus dicapai oleh materil tetapi dicapai dengan dasar kepuasan tertinggi.
Dan untuk teman-teman yang didanai diharapkan mulai dari sekarang untuk memulai apa yang telah direncanakan di dalam proposal tersebut. Untuk pendanaaan awal UNSOED menyediakan dana Rp. 1 juta untuk tiap kelompok dan insyaAllah besok dapat dibagikan. Dalam waktu dekat ini Program Studi Teknik Pertanian akan mengadakan penjelasan lebih dalam lagi mengenai langkah awal menuju MONEV dan PIMNAS 2013. Semoga seluruh civitas akademika PS TEP dapat mengoalkan cita-cita ini. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Ibu Riana atau masing-masing ketua kelompok. Mohon dikoreksi dan maaf apabila terdapat kesalahan. Semangat bekerja kawan. Terimakasih. Sekian.
Stay green, always green AE.
Akhmad Zaenudin
(A1H009057)

Rabu, 27 Februari 2013

“Bonus Asprak TEP” Pantas Atau Belumkah?




Oleh: Arian Hadi (Mahasiswa TEP 2009)

A
Sprak begitulah panggilan akrab yang tak asing dikalangan telinga mahasiswa. Asprak yang merupakan kependekan dari asisten praktikum ini bisa dikatakan ajang pengembangan diri bagi sebagian mahasiswa yang merasa mampu untuk mengaplikasikan ilmunya dalam lingkungan kampus mereka sendiri. Banyak hal yang kita dapatkan ketika dipercaya dan mampu menjalankan tugas mulia yang disebut asprak. Menjadi seorang asprak, mahasiswa dituntut untuk memiliki keahlian dan pemahaman yang lebih terhadap suatu mata kuliah tertentu, tentu hal ini akan menjadikan mahasiswa tersebut lebih giat untuk belajar demi tugas yang mulia itu. Seorang asprak juga wajib memiliki tingkat kemapuan komunikasi diatas rata-rata, hal ini dikarenakan agar asprak tersebut dapat menyampaikan materi praktikum sebaik-baiknya kepada praktikan. Apabiala kemampuan komunikasi asprak tersebut kurang baik bukan tidak mungkin akan menyebabkan praktikum yang masih bibgung akan menjadi lebih linglung. Ketika menjadi asprak mahasiswa juga akan dituntut untuk memenejemen waktu, bukan hanya waktu asprak itu sendiri tetapi juga waktu bagi praktikan. Leadership, profesionalisme, dan team work juga sangat dibutuhkan dalam profesi yang sebagian mahasiswa sebagai profesi sambilan ini.
            Menjadi seorang asprak bisa menjadi salah satu pilihan mahasiswa sebagai ajang pengembangan diri, tentunya hal itu tergantung dari tujuan mahasiswa yang bersangkutan, dan tak dapat kita bayangkan jika tak satupun mahasiswa yang berminat lagi menjadi seorang asprak. Namun terlepas dari semua itu, nampaknya profesi penunjang mahasiswa ini semakin kurang mendapat perhatian baik dari mahasiswa bahkan dari pihak kampus. Bagaimana tidak, seorang asprak yang telah mendedikasikan waktu, tenaga dan fikiranya tersebut hanya mendapat bonus sekitar Rp.20.000,- per acara/hari dan itu pun juga masih tergantung dari dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan. Ya…20 ribu rupiah cukup untuk makan seorang mahasiswa kosan dalam waktu dua hari dengan menu sekali makan seharga 3 ribu 3 ratus 3 rupiah, dan bisa kita bayangkan sendiri menu apa yang dapat terbeli. Menengok dari UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten Banyumas tahun 2013 sebesar Rp. 877.500,- (Sumber: www.fspmip.org) dengan kata lain UMR per hari sebesar Rp. 29.250,-  tentu hal itu jelas berbeda dengan bonus yang diterima asprak yang cukup untuk makan “dua hari” tadi. Mari kita berfikir apabila hal tersebut kita kaitkan dengan harapan kita sebagai insan terpelajar dimana ilmu pengatahuan bisa lebih dihargai meskipun dihargai dalam hal ini tidak sekedar dalam bentuk materi…..Sekian.